Sukamdani Sahid G - Si Raja Hotel Yang Ambisius

Siapakah raja properti sektor perhotelan di Indonesia? Secara spontan
niscaya orang akan menjawab: Sukamdani Sahid Gitosardjono. Ya, meskipun
Sukamdani baru saja melepaskan jabatan sebagai direktur utama PT Hotel
Sahid Jaya Internasional (HSJI) dan mempercayakan jabatan itu kini
kepada mantan Dirut PT Telkom Setyanto P. Santosa, namun tak pantas
disangkal Sukamdani tetap pantas dijuluki raja hotel di negeri ini. Lelaki
berperawakan tegap dan murah senyum ini kini mempunyai 2.350 kamar hotel.
Jaringan hotelnya berjejer mulai dari Lampung sampai Sorong di Irian
Jaya. Dan, setelah dua hotelnya yang baru di Senggigi Lombok dan Ujung
Pandang selesai, lengkap sudah 2.750 kamar jaringan bisnis hotel
Sukamdani. Jumlahnya menjadi 14 hotel, mulai dari bintang tiga sampai bintang
lima berlian.

Tak hanya itu. Masih banyak ambisi pengusaha nasional itu di bidang
properti. Berdekatan dengan markas besar bisnisnya di Hotel Sahid Jaya &
Tower sekarang, segera pula dibangun Grand Sahid Plaza. Hotel bertaraf
internasional dengan jumlah lantai 50 itu akan menjadi hotel tertinggi
di Indonesia. Belum lagi dua menara Apartemen Istana Sahid, 26 lantai,
yang tampak makin mentereng. Hotel dan apartemen itu adalah tiang dari
suatu proyek raksasa yang lebih besar: Superblok Sahid. Tak hanya di
Jakarta di Ujung Pandang pun Sukamdani tengah menyiapkan superblok pertama
di luar Jawa. Di kota ini ia bekerja sama dengan konglomerat Yusuf
Kalla.

Begitu proyek-proyek besar Grup Sahid terselesaikan semuanya, akan
mengukuhkan Sukamdani sebagai salah seorang raja properti negeri ini.
Apalagi, khusus di bidang manajemen hotel, Sukamdani berambisi merambah
pasar manajamen hotel di luar negeri. Adalah Sukamdani juga yang gusar,
hotel-hotel di Indonesia dikelola oleh manajemen asing, padahal hotel itu
dibangun dengan dana dari dalam negeri. Lebih dari 30 hotel ditangani
oleh manajemen asing. Kita ini sebagai bangsa bagaimana? Ungkap
Sukamdani dengan nada tinggi.

Kita mempunyai modal. Pertama, semangat sebagai bangsa. Kedua, kita
sudah punya aset milik sendiri 14 hotel (dari hotel bintang 3 sampai 5
berlian). Ketiga, kita sudah punya organisasi dan pengalaman dalam
me-manage hotel. Keempat, kita punya kepercayaan dari masyarakat. Kelima, kita
punya akses pasar baik di dalam maupun luar negeri. Kita sudah 30 tahun
me-mange- hotel. Dengan pengalaman itu kan kita sudah punya akses
pasar.

Untuk itu, kita juga punya orang-orang yang mampu me-manage hotel. Dari
12 hotel yang sekarang ada, yang menyewa tenaga asing hanya Sahid Jaya
Hotel. Hotel kita yang lainnya adalah orang Indonesia. Mereka memulai
karier, bahkan ada yang dari doorman, office boy dan room boy, kini
banyak yang sudah jadi general manager.

Sukamdani lahir di Solo, 14 Maret 1928. Masa kecilnya dijalani di
Sukohardjo, Solo, Ketika Sukamdanii kecil, kehidupan orangtuanya prihatin.
Bapaknya R. Sahid Djogosentono membuka usaha jahitan. Sedang ibunya
membuka warung kecil-kecilan yang menjual makanan kecil. Dalam usia 8
tahun, Sukamdani sudah membantu kedua orang tuanya mencari nafkah. Selain
membantu bapaknya, ia juga membantu ibunya berjualan. “Untuk menyiapkan
keperluan barang dagangan, saya ke pasar berbelanja membeli sabun, teh,
rokok, pisang dan kelapa,” cerita Sukamdani. Tiap kali dagangan laku,
ibunya memberi persenan. Uang itu ditabung. Kalau sudah banyak Sukamdani
membeli ayam. “Kalau ayam sudah banyak, saya jual lalu dibelikan
kambing. Setelah kambing saya banyak, saya jual untuk beli kerbau,”
kenangnya. Di saat liburan Sekolah Sukamdani membantu menuai padi di sawah.

Tahun 1952, Sukamdani muda merantau ke Jakarta untuk memperbaiki nasib,
Waktu turun dari kereta api di Stasiun Gambir, modalnya hanyalah sebuah
kopor dan sebuah sepeda. Ia sempat bekerja di Depdagri. Tapi dengan
pertimbangan penghasilan, lalu keluar dan bekerja di percetakan NV Harapan
Masa. Dengan penghasilan yang pas-pasan, Sukamdani berani menikah
dengan Juliah, kekasihnya waktu di Solo. Pasangan itu menyewa rumah
berdinding gedeg. Kamarnya hanya satu berukuran 3 x 3.

Karena keuletannya, apalagi setelah membuka usaha percetakan sendiri,
Sukamdani berhasil membeli tanah di tempat ia menyewa rumah itu. Dan,
tanah itu, tak lain adalah tempat berdirinya Hotel Sahid Jaya sekarang di
Jalan Sudirman. “Dulu rumah saya di sini,” kenang Sukamdani.
Kerja keras dan keuletan akhirnya mengantarkannya sebagai raja properti
perhotelan. Selain bisnis, Sukamdani aktif di berbagai organisasi. Ia
juga penerima 15 tanda jasa dan bintang kehormatan, dari pemerintah RI
maupun dari negara sahabat.
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati